Welcome Guest

Tugas pertama seorang pemilik adalah memastikan kafenya sudah sempurna sebelum ada pengunjung yang datang. Makanan, siap. Minuman, siap. Waiter, siap. Waitress, siap. Nah sekarang semua sudah siap.

Ryu sudah berada di kafenya selama 2 jam, karena tidak ada pekerjan yang bisa ia lakukan maka kini ia menghibur tamu dengan gesekan biolanya.

Alunan melodi Four season mengalun. Mulai dari La primavera atau yang dikenal sebagai Spring hingga La inverno atau winter. Dari ceria hingga menenangkan.

Semua itu dapat dimainkan dengan sangat baik oeh Ryu.

Sabtu malam yang sepi untuk kepsek kita. Ia berkunjung ke Black And White Cafe untuk mengisi kekosongannya.

KLINCING

Ia masuk dan duduk di tempat paling pojok,memilih menu yang ia sukai

"Apa ya.....enak semua..."

Melihat tamu yang masuk , Ryu tersenyum. Ia kemudian memanggil Hikari dan menyuruhnya untuk menghidangkan semua jenis kue yang ada di cafe kepada Quintz.

Ryu kemudian melanjutkan kagi permainannya.

"Permisi tuan ." ucap Hikari sambil menaruh kue -kue . Ada sekitar 30 jenis kue yang terhidang.

"Selamat menikmati."

Quintz menoleh,lalu tersenyum

'thanks lady,"katanya sambil nyengir

"ah..aku ingin ini..ini..ini..lalu...ah!!!!aku minta 1 latte ya !!!"kata Quintz semangat

"Sama- sama."

"Dan owner berpesan anda boleh memesan apapun juga. Semuanya gratis."

"Jika anda ingin memesan sesuatu panggil saja saya."

Quintz nyengir

"1 latte ya ^^ "pesannya.

Setelah itu ia membuka dokumen dokumen yang ia bawa. Ia membacanya sambil makan kue
suatu keanehan ia mengerjakan pekerjaannya

Firiel Evellyn Matherlance, terlihat berlari cukup tergesa-gesa menuju ke sebuah kafe. Kafe itu bernama Black and White, yang dimiliki dan dikelola oleh salah satu murid Junior élève du secondaire. Hari ini dia memakai jaket yang tebal karena udara malam yang dingin. Rambut panjang Firi terlihat melambai-lambai dengan semangatnya dan di wajahnya terlihat rona kemerahan yang benar-benar merah.

Mungkin ia kelelahan?

Beberapa lama kemudian, Firi segera menarik pintu tersebut. Terdengarlah bunyi lonceng yang sangat khas dari kafe tersebut. Begitu masuk, ia sudah melihat seorang tamu di dalamnya, siapa lagi kalau bukan Quintz Schwartz, kepala sekolah Fatalite Academy. Pria itu memang sering sekali bermain ke kafe ini.

Namun, Firi malah langsung menghampiri Ryu. Ia berhenti tepat di depan cowok itu, mengambil nafas sejenak. "Ma-Maaf Ryu, urusanku baru saja selesai! Maaf, hari ini aku baru sekarang bisa bekerja! Sebagai gantinya, aku akan bekerja keras!" serunya.

Firi pun kemudian menuju ke kamar ganti pegawai. Ia mengganti baju yang ia pakai dengan seragam waitress kafe ini. Setelah itu, ia segera menghampiri Quintz. "Hai, Mr. Quintz! Ini latte yang anda pesan!" sapanya sambil menyajikan segelas latte untuk kepala sekolah itu.

Ia tertawa kecil melihat seseorang yang ia kenal masuk kafe,lalu keluar lagi dan minta maaf pada ryu.

Gadis itu pun memberikan latte pesanannya

"thanks,Firi-chan XD"katanya

'telat?abis kencan ya?"

Firi lalu mengambil tempat duduk di depan Quintz, tersenyum simpul pada pertanyaan cowok itu. Rona kemerahannya membuatnya tampak terlihat manis walaupun ia hanya tersenyum simpul seperti itu.

"Hhihihi, most likely!" jawabnya halus. "Kalau begitu kapan-kapan kau kencan denganku yuk, Mr. Quintz!"

Quintz tercengang,lalu tertawa

"Firi belum ketemu cinta sejati ya?"tanya Quintz santai. Ia tersenyum pada Firi sambil memakan Cake yang tersedia

Firi terdiam sejenak. Kata-kata Quintz menancap di hatinya. Memang benar, ia sama sekali belum pernah merasakan cinta sejati, walaupun ia ingin sekali saja merasakan bagaimana rasanya memiliki seseorang yang ia cintai.

Siapa tahu, ia akan dapat menemukannya di Fatalite Academy ini.

"Kalau disuruh jujur, aku belum ketemu dengan seorang pun. Memangnya bagaimana rasanya sih? Apa Mr. Quintz pernah memilikinya?" tanyanya sambil tersenyum simpul.

Quintz terdiam,lalu tersenyum

"aku nggak punya yang begituan..hahahaha.."ia tertawa.

"cukup ada ryu kok.."ia nyengir nakal. Quintz memang suka buat orang salah paham.

Kedua mata kemerahan Firiel mendadak terbelalak dan mulut manisnya membentuk huruf 'o' seketika. Tampak antusiasme bersinar di kedua matanya itu. Apalagi setelah mendengar kata-kata yang sangat frontal keluar dari mulut Quintz.

"Waah, ternyata selama ini dugaanku benar! Mr. Quintz itu menjalin hubungan lebih dengan Ryu, kan? OMG kalian berdua ternyata memang benar-benar gay!" serunya cukup kencang hingga bergema ke seluruh penjuru kafe.

"...dan adrian..."tambahnya iseng ia yakin jika adriano di sana ia akan di cabik olehnya

"jangan anggap serius..."katanya sambil nyengir

"diliatin tuh...hehehehhehehehe"

Firi malah semakin antusias mendengar bahwa seorang guru yang bernama Adriano, juga ternyata memiliki hubungan khusus dengan mereka berdua. Membuatnya semakin salah paham. "Oh.My.God! Ternyata cinta segitiga?? Para gay memang membuat kejutan!" serunya girang.

Namun, antusiasmenya hilang ketika mendengar bahwa apa yang baru saja ia dengar itu hanyalah bercanda belaka. "Yah... aku kirain beneran..." ucapnya sambil menghela nafas dengan nada kecewa.

"Tapi, tapi, bolehkan kalau aku masuk di antara kalian bertiga? Misalnya dengan menjadi pacar Mr. Quintz? Hhehehe" tanyanya sedikit berharap, entah kenapa.

"aku?hahahahahahahahaha..kau nggak akan kuat menghadapiku...'katanya riang.
Ia menawarkan cake coklat pada firie sambil senyum

"mau?enak lo.."tawarnya riang

Firiel juga ikut tertawa mendengar Quintz tertawa. Ia lalu mengangguk dan menyicip cake yang sedang dimakan sang kepala sekolah tersebut.

"Kenapa aku bisa nggak akan kuat menghadapi Mr. Quintz?" tanyanya sambil tersenyum dan mengunyah cake di dalam mulutnya.

Quintz terdiam,lalu ia tersenyum penuh arti

"karena...apa ya........ aku nggak tahu... yang jelas banyak cowok yang lebih waras daripada aku...untukmu"katanya sambil meminum latte nya

Firiel lalu tersenyum sambil menyicip lagi cake milik Quintz. Sambil melahap cake-nya ia melanjutkan pertanyaannya.

"Memangnya, menurut Quintz, orang yang waras untukku misalnya siapa?" tanyanya sambil mengunyah cake-nya.

"ngh........nggak tahu..aku kan nggak waras...."katanya sambil nyengir

"memang kenapa?"tanyanya santai

Firiel hanya tertawa mendengar jawaban Quintz. Benar apa dugaannya, lelaki yang ada di depannya ini memang kurang waras. Saking enaknya tertawa, ia sampai tersedak.

"Uhuk-Uhuk... Ahhaha... maaf" Firi lalu mengambil latte milik Quintz dan meminumnya hingga habis setengahnya. Setelah mengembalikan gelas latte ke tempatnya semula, Firi mengedipkan sebelah matanya.

"Ehhehe, sorry, latte-mu sekarang tinggal setengahnya!"

Quintz diam dan meratapi latte kesukaanya

"tega~~~~aku baru meminum sedikit~~"katanya sambil terpuruk

"aku pesan lagi~~~~"katanya memelas

Firiel menganggukkan kepalanya sambil mengacungkan jari jempol kanannya. Ia memperlihatkan senyumannya yang lebar pada Quintz.

"Tenang saja! Aku akan membuatkannya lagi! Tunggu sebentar ya!" Firi lalu bangkit dari tempat duduknya untuk kembali ke dapur. Ketika melewati Ryu, ia berbisik pada cowok itu.

"Hhihihi, lihat kan? Aku juga bisa membuat pelanggan kita memesan dua kali!" serunya girang. "Keterlambatanku dimaafkan kan?"

Setelah itu ia lalu masuk ke dapur dan menyuruh chef disana membuatkan latte lagi. Kira-kira 5 menit kemudian, Firiel telah kembali keluar menuju meja Quintz sambil membawa latte baru untuknya.

"Pesanan datang! Silahkan~" serunya girang sambil menyajikan latte tersebut untuk Quintz.

Quintz membaca dokumennya,sambil menunggu sang latte tersayang datang ke hadapannya

tak lama sang latte datang dan Quintz tersenyum

"thanks .."

Firiel tersenyum mendengar respon dari Quintz yang berterima kasih padanya. Kedua mata kemerahannya langsung saja tertuju pada dokumen-dokumen yang dipegang kepala sekolah itu.

"Hey, itu apa? Aku boleh lihat?" tanyanya sambil tersenyum ramah. Mungkin saja dokumen itu berisi data siswa-siswa yang bersekolah di Fatalite Academy. Siapa tahu ia bisa menjalankan misi yang diembankan oleh ayahnya untuk mencari tahu kelemahan para keluarga noble lain.

Untuk menjalankan misi itu, ia sudah sering menguji kekuatan-kekuatan milik orang lain dengan berpura-pura memuji kekuatan orang itu.